Beton adalah campuran:
a. Semen
b. Air
c. Pasir (Halus dan Kasar)
d. Kerikil
Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang
memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmenfragmen mineral menjadi
satu massa yang padat.
Semen
yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras dengan
adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Hidraulis berarti semen bereaksi dengan air dan membentuk
suatu bahan massa.
Susunan Unsur Semen
Kapur
(CaO) 60 – 65 %
Silika
(SiO2) 17 – 25%
Alumina
(Al2O3) 3 – 8 %
Besi
(Fe2O3) 0,5 – 6%
Magnesia
(MgO) 0,5 – 4%
Sulfur
(SO3) 1 – 2 %
Potash
(Na2O + K2O) 0,5 – 1%
Sifat Fisik Semen
a.
Kehalusan Butir.
Semakin
halus butiran semen, semakin luas permukaannya sehingga semakin cepat pula
proses hidrasinya. Hal ini berarti bahwa butir – butir semen yang halus akan
menjadi kuat dan menghasilkan panas hidrasi yang lebih cepat dari pada semen
dengan butir – butir yang lebih kasar. Menurut SII 0013-81 paling sedikit 90%
berat semen harus lolos ayakan lubang 9 mm.
b.
Waktu Ikatan
Waktu
ikatan adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mencapai keadaan kaku tahap
pertama dan cukup kuat untuk menerima tekanan.
c.
Panas Hidrasi
Panas
hidrasi adalah kuantitas panas dalam kalori/gram pada semen yang
terhidrasi.
d.
Berat Jenis.
Berat
jenis semen berkisar pada 3,15. Berat jenis digunakan dalam hitungan
perbandingan
campuran.
Sifat Kimia Semen
a. C3S segera mulai berhidrasi bila semen terkena air secara
eksotermis. Berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14
hari.Membutuhkan air 24 % dari beratnya.
b. C2S bereaksi dengan air lebih lambat dan hanya berpengaruh
terhadap pengerasan semen
setelah 7 hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur ini membuat semen
tahan terhadap serangan kimia dan mengurangi penyusutan karena pengeringan.Membutuhkan air 21% dari beratnya.
c. C3A berhidrasi secara eksotermis, bereaksi secara cepat dan memberikan kekuatan sesudah
24 jam. Membutuhkan air 40% dari beratnya. Semen yang mengandung unsur ini lebih
dari 10% kurang tahan terhadap serangan sulfat.
d. C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap pengerasan beton.
Jenis-jenis Semen
a. Semen Portland, CEM I
b. Semen Komposit Portland, CEM II
c.
Semen bakar dengan kadar abu
tinggi (Blast Furnace Cement), CEM II
d. Semen Pozzolan, CEM IV
e. Semen Komposit, CEM V
Kondisi semen yang baik
Kondisi
semen yang baik adalah kering, tidakmengeras atau menggumpal atau membatu,
tidak tercampur bahan
lain, dan warna seragam. Agar semen tidak menggumpal, semen hendaknya disimpan di
tempat yang terlindung dengan sirkulasi udara yang baik tidak terkena air, dan tidak berhubungan
langsung dengan tanah. Pengujian dapat dilihat secara visual dan diremas/digenggam
dengan telapak tangan, apabila butirannya halus terurai,maka semen tersebut baik.
Air
Air
mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembuatan beton, karena
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sifat-sifat yang berpengaruh
adalah kemudahan pengerjaan (workability) dan penyusutan. Selain itu tujuan
utama pemakaian air adalah untuk proses hidrasi, yaitu rekasi antara semen dan air yang
mengahasilkan campuran keras setelah bebrapa waktu tertentu. Setelah pengecoran air
juga berguna untuk perawatan (curing) guna menjamin proses pengerasan yang sempurna.
Syarat penggunaan air pada campuran beton
a. Air tidak boleh mengandung minyak
asam-alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lainnya yang dapat merusak beton atau baja
tulangan pada beton bertulang.
b. Apabila ada keraguan tentang air
, dianjurkan membawa contoh air tersebut kelembaga/laboratorium pemeriksaan bahan-bahan untuk di tes
c. Apabila
pemeriksaan ke lembaga tersebut tidak dapat dilakukanmaka air dapat dipakai
asalkan campuran semen yang memakai air tersebut harus mempunyai kekuatan paling sedikit 90 % dari kekuatan tekan
semen dengan air yang memakai air suling pada umur 7 hari dan 28 hari.
Agregat Halus
Agregat
halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecah batu, Berdiameter kurang dari 0,075 – 4,80 mm atau 5
mm.
Agregat
halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan dan
keawetan beton.
Syarat Agregat Halus
a. Agregat halus atau pasir harus terdiri
dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Apabila kadarlumpur melampaui 5% (ditentukan terhadap berat kering) maka
agregat halus harus dicuci.
c. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
i.
Sisa diatas ayakan 4 mm harus
minimum 2% berat.
ii.
Sisa diatas ayakan 1 mm harus
minimum 10% berat.
iii. Sisa diatas ayakan 0.25 mm harus
berkisar 80%-95% berat.
iv. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
iv. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
Bentuk agregat
a. Agregat Bulat; Agregat ini
terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena
pergeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya
kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur
yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan
antar agregat kurang kuat.
b. Agregat Bulat Sebagian
atauTidakTeratur; Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian
terbentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat.
Rongga udara pada
agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak
pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini
belum cukup baik untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang
kuat).
c. Agregat Bersudut; Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak
jelas, yang terbentuk ditempat-tempat
perpotongan bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-
40%, sehingga membutuhkan lebih banyak
lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi.
d. Agregat Panjang; Agregat ini panjangnya > lebarnya
>tebalnya. Agregat disebut panjang jika ukuran
terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran ratarata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran
agragat. Agregat jenis ini akan berpengaruh
buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada dirata-rata air sehingga
akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
e. Agregat Pipih; Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal
agregat terhadap ukuran
lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran
beton mutu tinggi. Dinamakan
pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rataratanya. Menurut (Galloway, 1994) agregat
pipih mempunyai perbandingan
antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio
1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
f. Agregat Pipih Dan Panjang Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh
lebih besar daripada lebarnya,
sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari
tebalnya.
BahanTambah
Bahan
tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Bahan tambah bersifat kimiawi
(chemical admixture); Ditambahkan saat pengadukan dan saat pelaksanaan pengecoran
b. Bahan tambah bersifat mineral
(additive) Ditambahkan saat pengadukan pengecoran
Penggunaan bahan penambah dimaksud untuk:
1.Untuk menghasilkan suatu sifat
tertentu dari campuran yang tidak dimiliki oleh campuran tersebut,
2.Untuk menghasilkan beberapa
perubahan sifat alami bahan campuran guna mempermudah proses pengerjaan,
3. Untuk mengurangi biaya
pengecoran, pemadatan dan biaya secara keseluruhan.
Jenis-jenis BahanTambah
a. Type A : Bahan pengurang kadar air (Water Reducing)
b. Type B : Bahan perlambat setting time (Retarding)
c.
Type C : Bahan pemercepat setting
time (Accelerating)
d. Type D : Bahan pengurang air dan pemudah setting time
e. Type E : Bahan pengurang kadar air dan pemercepat setting time
f.
Type F : Bahan pengurang kadar
air dalam jumlah besar (High Range Water Reducing)
g. Type G : Bahan pengurang kadar air dalam jumlah besar dan penunda setting
time (High Range Water Reducing And Set Retarding)
Bahan Pengurang Kadar Air (Water Reducing Agent)
Berdasarkan
bahan pembuatanya dapat dibedakan menjadi :
a. Kelompok yang mempunyai
bahan baku sodium, ammonium, magnesia, dan sodium lignosulphonate,
b.
Kelompok dari bahan baku
garam dari hydroxyllated carboxylic acid.
c. Dapat mengurangi kadar air
sebanyak 5-10% tergantung pada komposisi kimia, sifat semen, proporsi campuran serta beberapa
variable lainnya.
Bahan PenundaWaktu Pengikatan(Retarder)
Bahan
penunda efektif digunakan pada daerah beriklim panas, dimana tingkat kehilangan
sifat kemudahan pengerjaan sangat tinggi.
Bahan PemercepatWaktu Pengikatan (Accelerating Setting Time)
a.
Pemercepat waktu pengikatan
b.
Pemercepat pengerasan
c. Memberikan pengaruh kurang baik
pada pengembangan kekuatan, maka bahan ini tidak boleh digunakn bila sifat kekuatan beton
akhir merupakan hal penting.
Bahan Pemelastis (Plasticizer/Super Plasticizers)
Berdasarkan
senyawa kimia dapat dibedakan menjadi:
a.
Kategori A : Golongan sulfonat
melamin formaldehyde condensate
b.
Kategori B : Golongan sulfonat
neptalen formaldehyde condensate
c.
Kategori C : Golongan modified
lignosulfat
d.
Kategori D : Gaolongan selainA,
B, C
Bersifat mempercepat waktu
pengikatan, tetapi memberikan pengaruh signifikan terhadap sifat kemudahan pengerjaan tanpa memerlukan
penambahan air, dan kondisi ini sangat baik untuk pekerjaan pengecoran lantai.
Bahan Pembentuk Gelembung Udara (Air Entraining Agents)
a. Bahan ini dapat mengakibatkan
terbentuknya gelembung udara yang sangat halus dengan diameter 1/100 – 2 mm.
b. Bahan ini dapat menurunkan
senyawa organic yang aktif permukaan (Surfactants) yang berfungsi untuk mengontrol jumlah kadar
udara yang terdispersi secara serba sama dalam campuran beton.
Bahan
tambah mineral (Additive)
a. Abu
Terbang (Fly Ash); Adalah
material yang berasal dari sisa n pembakaran
batubara yang tidak terpakai.
Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik. Berdasarkan ACI,
Fly Ash dapat dibedakan menjadi
3 jenis yaitu Kelas C, Kelas F dan Kelas N.
b. Kerak Tanur Tinggi ( Ground Granulated Blast
Furnace); Adalah
bahan sisa dari pengecoran besi dimana prosesnya memakai dapur yang bahan bakarnya dari udara yang
ditiupkan.
c. Uap
Silika (Silika Fume); Adalah
produk samping dari proses fusi dalam produksi silikon metal (pada pabrik pembuatan mikrochip komputer). SF yang
dipakai untuk beton adalah
yang mengandung lebih dari 75% silikon. Ukuran silika Fume lebih kecil sekitar seratus kali Fly Ash.
udah dulu ya,,, makasih atas kunjungannya,,, moga bermanfaat,, :-) LR
keren banget gan infonya. sangat bermanfaat
ReplyDeletesilahkan berkunjung ke blog saya yaa
http://kreasikata2.blogspot.co.id/