a.
Festival Banteng, Spanyol
Festival
Banteng merupakan atraksi wisata terpopuler di Spanyol. Ribuan wisatawan dari
seluruh dunia berkumpul di Pamplona, Spanyol, bersatu padu dengan masyarakat
lokal untuk menyaksikan festival tahunan ini. Festival yang berlangsung selama
sembilan hari ini melibatkan ratusan orang yang berlari tunggang langgang
begitu banteng dilepas. Mereka tak boleh membawa sesuatu, kecuali segulung
koran, untuk menyelamatkan diri dari amukan banteng. Mereka menggunakan gulungan
koran tersebut untuk mengusir banteng.
Festival
Banteng atau dikenal dengan nama Festival San Fermin Pamplona, setiap tahun
selalu memakan korban. Tahun 2012 silam saja sudah menelan korban sebanyak 38
wisatawan yang terluka akibat dikejar banteng. Empat di antaranya terluka
akibat ditanduk banteng. Sebagian besar cedera yang mereka alami bukan karena
ditanduk, melainkan jatuh dan terinjak-injak oleh peserta festival, bahkan
banteng itu sendiri.
Sejak
festival ini diselenggarakan pada 1911, tercatat 15 orang telah tewas. Empat
tahun lalu, seorang warga Spanyol tewas karena banteng menanduknya di leher,
jantung, dan paru-paru. Namun, sepertinya Festival San Fermin akan terus
diselenggarakan. Bagaimanapun, festival ini telah membawa ribuan wisatawan ke
Kota Pamplona dan memberikan pemasukan kepada penduduk setempat selama
penyelenggaraannya.
b.
Festival Onbashira Di Nagano (Jepang)
Festival Onbashira di Nagano wilayah Jepang telah secara tradisional dirayakan tanpa terputus selama 1200 tahun terakhir . Kata Onbashira harfiah diterjemahkan sebagai ” pilar suci” , melambangkan pembaharuan Suwa Grand Shrine . Ini terdiri dari dua tahap : Yamadashi diterjemahkan sebagai ” keluar dari pegunungan ” yang diselenggarakan pada bulan April seperti untuk Satobiki diadakan pada bulan Mei. Sebelum festival dimulai , 16 batang pohon dipotong dari 200 tahun pohon cemara Jepang. Setiap pohon bisa sampai 1 meter di seberang , 16 meter dan berat sampai 12 ton . Tim pria mempertaruhkan hidup mereka dengan memanjat pada batang dan naik sepanjang jalan menuruni lereng berlumpur , dibutuhkan 3 hari untuk memindahkan batang lebih dari 10 kilometer ke kuil .
Batang pohon besar yang beratnya sekitar 7 ton, diluncurkan menuruni lereng dengan sudut kemiringan 40 derajat. Saat batang pohon meluncur, para pria pemberani melompat dan duduk di atasnya. Karena kecepatannya cukup tinggi, beberapa orang terlempar atau tergilas. Di antara mereka ada yang tewas atau cedera karena tertimpa pohon yang sangat berat.
Festival Onbashira di Nagano wilayah Jepang telah secara tradisional dirayakan tanpa terputus selama 1200 tahun terakhir . Kata Onbashira harfiah diterjemahkan sebagai ” pilar suci” , melambangkan pembaharuan Suwa Grand Shrine . Ini terdiri dari dua tahap : Yamadashi diterjemahkan sebagai ” keluar dari pegunungan ” yang diselenggarakan pada bulan April seperti untuk Satobiki diadakan pada bulan Mei. Sebelum festival dimulai , 16 batang pohon dipotong dari 200 tahun pohon cemara Jepang. Setiap pohon bisa sampai 1 meter di seberang , 16 meter dan berat sampai 12 ton . Tim pria mempertaruhkan hidup mereka dengan memanjat pada batang dan naik sepanjang jalan menuruni lereng berlumpur , dibutuhkan 3 hari untuk memindahkan batang lebih dari 10 kilometer ke kuil .
Batang pohon besar yang beratnya sekitar 7 ton, diluncurkan menuruni lereng dengan sudut kemiringan 40 derajat. Saat batang pohon meluncur, para pria pemberani melompat dan duduk di atasnya. Karena kecepatannya cukup tinggi, beberapa orang terlempar atau tergilas. Di antara mereka ada yang tewas atau cedera karena tertimpa pohon yang sangat berat.
c.
Festival Air Di Kamboja
Festival air ini kerap kali digelar setiap tahun di Kamboja. Perayaannya merupakan tanda berakhirnya musim hujan. Berlangsung selama tiga hari, festival ini merupakan salah satu atraksi wisata populer di Kamboja.
Bencana terjadi pada perayaan ini pada 2010 silam. Wisatawan yang datang untuk menyaksikan festival ini mencapai 2 juta orang. Saat aksi balap perahu dimulai di Sungai Tonle Sap, semua pengunjung memadati jembatan yang terhubung Kota Phnom Penh dengan Pulau Diamond. Karena padatnya pengunjung, jembatan mulai goyah. Serta merta kepanikan mulai melanda ratusan pengunjung yang berada di atas jembatan tersebut.
Festival air ini kerap kali digelar setiap tahun di Kamboja. Perayaannya merupakan tanda berakhirnya musim hujan. Berlangsung selama tiga hari, festival ini merupakan salah satu atraksi wisata populer di Kamboja.
Bencana terjadi pada perayaan ini pada 2010 silam. Wisatawan yang datang untuk menyaksikan festival ini mencapai 2 juta orang. Saat aksi balap perahu dimulai di Sungai Tonle Sap, semua pengunjung memadati jembatan yang terhubung Kota Phnom Penh dengan Pulau Diamond. Karena padatnya pengunjung, jembatan mulai goyah. Serta merta kepanikan mulai melanda ratusan pengunjung yang berada di atas jembatan tersebut.
Sedikitnya 350 orang tewas setelah terjadi kekacauan
pada Festival Air Kamboja di Phnom
Penh. Para korban yang kebanyakan wanita dan anak-anak itupun terinjak-injak,
bahkan kesulitan bernafas di antara banyaknya pengunjung yang ada. Bukan hanya
itu, kehausan juga mencekik leher mereka sehingga banyak yang mati lemas
karenanya.
Meski memakan banyak nyawa, Kamboja seakan belum
jera. Phnom Penh akan tetap
menyelenggarakan festival tahunan tersebut. Pasalnya, festival ini merupakan
perayaan yang sudah berlangsung turun-temurun di Kamboja. Event tahunan yang
berlangsung selama tiga hari tersebut biasanya berhasil menarik jutaan
pengunjung untuk datang. Perayaan diadakan untuk menandai pembalikan arah arus
Sungai Tonle Sap. Di festival ini, pengunjung dapat menikmati balapan perahu
naga, kembang api, dan sejumlah konser musik.
kutipan dari beberapa sumber
Post a Comment